Cari Blog Ini

Selasa, 22 Juni 2010

Analisis Jurnal Studi Tentang Profesionalisme Sistem Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Dan Inovatif Dalam Rangka Mencegah Tingkat Kematian Ibu Pada Fase Hamil Dan Bersalin

Pada jurnal tersebut ada beberapa faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan interaksi antara konsumen dan provider kesehatan yaitu :
1. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yaitu teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Teknologi mencakup sarana dan prasarana. Untuk tingkat kecamatan sebenarnya kondisi sarana dan prasarana kesehatan di Kecamatan Sumbang termasuk kurang kondusif bagi perawataan ibu dan anak pada masa-masa reproduksi mulai dari awal kehamilan. Persalinan sampai pasca persalinan. Fakta ini dapat dilihat dari tingginya angka kematian bayi dan ibu yang baru melahirkan di Kecamatan Sumbang. Di Desa Sikapat kondisi yang demikian juga ditemukan meskipun tidak ada laporan yang resmi dari warga masyarakat ke petugas kesehatan di tingkat kecamatan. Hanya saja beberapa desa lain yang sebenarnya kondisinya lebih baik telah melaporkan secara lisan ataupun tertulis tentang peristiwa-¬peristiwa gagal persalinan atau pasca persalinan yang sampai mengakibatkan kematian ke Puskesmas Sumbang melalui jasa pelayanan informasi dari masing-masing Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan bidan yang bertugas di masing-masing desa.
Perleng-kapan persalinan dan sarana untuk analisis laboratorium yang tersedia di Puskesmas Sumbang tentulah sangat terbatas untuk melayani para wanita yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi terutama pada masa kehamilan dan melahirkan. Oleh karenanya menurut keterangan para petugas KIA sedikit banyak ada kasus-kasus yang tidak dapat dilayani oleh petugas kesehatan setempat jika membutuhkan tenaga yang lebih ahli (spesialis kandungan dan kebidanan) atau perlengkapan medis lainnya. Biasanya tindakan yang mereka berikan adalah dengan membuat rujukan untuk dapat dirawat lebih ke RS Prof. Margono Sukaryo di Purwokerto atau ke Rumah Sakit lainnya, seperti RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta atau RSU Kariadi dan RSU Elisabet di Semarang berdasarkan kebu-tuhan dan kemampuan ekonomi pasiennya

2. Faktor organisasi
Faktor organisasi meliputi :
a. Ketersediaan sumber daya
Potensi sumber daya manusia yang besar dimiliki Desa Sikapat, wilayah Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah yang merupakan lokasi penelitian dalam jurnal tersebut dapat teramati dari fakta yang memperlihatkan bahwa lebih dari separuh penduduknya ternyata berusia produktif atau berusia antara 16-59 tahun (76,00 persen). Namun angka beban tanggungan antara jumlah penduduk berusia produktif dengan yang non produktif adalah sekitar 76. Besarnya angka beban tanggungan memberi makna 100 orang penduduk Desa Sikapat harus menanggung secara ekonomis kelanjutan hidup sehari-hari 76 jiwa penduduk yang non produktif.
Dari sisi pendidikan yang dimiliki penduduk Desa Sikapat sebagian besar masih berpendidikan formal yang tergolong rendah atau setara sekolah dasar. Bahkan sampai penelitian ini dilakukan menurut data monografi desa setempat terdapat kira-kira sekitar tiga persen buta huruf dari angka latin, kendatipun telah dilakukan Program Wajar 9 tahun. Rendahnya faktor pendidikan yang dipunyai responden memberi gambaran bahwa daya intelektual wanita usia reproduksi di Desa Sikapat relatif rendah dan fakta ini mempunyai pengaruh terhadap ketidaktahuan mereka akan informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi. Termasuk perlunya memanfaatkan fasilitas medis yang ada dalam pemeriksaan fase kehamilan, persalinan dan pasca persalinan yang dialami.
Dari segi ketersediaan tenaga medis menunjukkan kondisi kurang memadainya tenaga kesehatan. Di tingkat kecamatan terdapat satu Puskesmas yang berlokasi di pusat ibukota kecamatan dan satu Puskesmas Pembantu didukung jasa lima orang dokter umum dibantu oleh 30 tenaga medis. Adapun fasilitas kesehatan yang ditemukan di Desa Sikapat sendiri hanya tersedia satu bidan dan empat dukun bayi yang telah dilatih oleh tenaga medis sehingga di daerah bini merupakan daerah yang memiliki angka kematian bayi dan ibu tinggi.
b. Akses geografi
Dari segi geografi, desa sikapat merupakan daerah perbukitan dan letaknya jauh dari perkotaan dan akses pelayanan kesehatan. Sehingga masyarakat sering terlambat atau sulit menjangkau tempat pelayanan kesehatan.

3. Hubungan konsumen (Consumer-related factors )
Hubungan konsumen meliputi :
a. Sociodemographic Factors meliputi tingkat pendapatan dan tingkat perekonomian konsumen (masyarakat). Kondisi kesehatan reproduksi di kawasan penelitian masih belum meng-gembirakan untuk tidak dikatakan buruk sama sekali. Kondisi tersebut menurut hasil pengamatan dalam penelitian erat hubungannya dengan kondisi Desa Sikapat yang sebenarnya dalam berbagai aspek kehidupan berada di bawah rata-rata desa lainnya, baik secara sosial, ekonomi maupun geografi (letaknya paling jauh dari perkotaan). Wanita yang mengalarni masa-masa reproduksi cenderung enggan memeriksakan diri dan bayinya ke Puskes-mas Kecamatan Sumbang, rumah sakit ataupun klinik-klinik bersalin yang terdapat di Kota Purwokerto. Kondisi reproduksi wanita yang rendah di Desa Sikapat selain dipengaruhi oleh keengganan memeriksakan kesehatan ke Puskesmas atau bidan dan petugas medis lain berhubungan dengan masalah rendahnya pengetahuan mereka tentang perlunya mutu gizi yang ideal bagi ibu hamil dan saat dan sesudah melahirkan anak. Menurut responden kondisi kesehatan ibu yang kurang nafsu makan dan kurang gizi serta kurang vitamin, protein dan mineral yang dibutuhkan tubuh seperti akibatnya kurang Yodium, yang sering juga diderita warga Sikapat pada umumnya tampak senantiasa belum disadari wanita yang sedang melewati fase reproduksi begitu juga anggota keluarga lain Masalah yang cukup menghantui wanita di lokasi penelitian dalam masa-masa reproduksinya bukan hanya karena disebabkan keengganan berkunjung ke bidan tetapi yang lebih menentukan menurut mereka adalah sulitnya trans-portasi, khususnya kalau harus melahirkan pada malam hari. Tiadanya saluran telepon, jauhnya komunikasi dengan tetangga dekat yang memiliki alat transportasi khususnya mobil menjadi kendala tersendiri, sehingga pertolongan pertama, bagi misalnya penderita tetanus dan kasus-kasus lain, termasuk fasititas bedah Caesar kadang terlambat diantisipasi.
b. Sociopsychological Factors meliputi persepsi (konsumen) masyarakat mengenai pelayanan kesehatan dimana ada sekitar 60 persen responden merasa hampir tidak pernah mendapat pelayanan pada saat terjadi gangguan di masa kehamilannya. Hal ini disebabkan karena masyarakat di sana lebih mempercayai dukun daripada bidan. Selain itu mereka lebih suka berobat ke dukun beranak (pijat) karena lebih mudah dipanggil dan dapat dibayar dengan biaya murah.



4. Faktor provider (Provider-related factors)
Dari segi Provider Characteristics, petugas media atau bidan yang berdinas di Desa Sikapat baik bidan maupun dukun bayi sebenarnya bagi masyarakat merupakan sosok manusia yang dianggap trampil di bidang pelayanan kesehatan reproduksi, khususnya di dalam memberikan nasehat dan perawatan antenatal dan post natal yakni dengan membantu melahirkan bayi yang ada dalam kandungan dan perawatan ibu dan anaknya setelah bersalin. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan kenyataan yang tengah berlangsung maka dapat dinyatakan sebenarnya bidan dan petugas kesehatan lain belum dapat dikategorikan ahli dalam menjalankan perannya sebagai seorang anggota organisasi KIA yang bersifat formal dan bertujuan sosial. Sasaran yang dihadapi mengemukakan pendapat serupa tentang hal kekurangmampuan petugas KIA melayani wanita di masa-masa reproduksi di Desa Sikapat. Fakta tersebut diindikasikan salah satunya dari ketidaksediaan petugas KIA menetap tinggal didesa setempat dan jarang berkunjung ke dusun-dusun dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
Pelayanan KIA terhadap wanita yang mengalami gangguan saat persalinan retatif terbatas pada pasien yang berkunjung langsung ke Puskesmas setiap hari kerja atau ke rumah bidan di ibukota kecamatan. Akan tetapi, dijelaskan sebagian besar responden menurut pendapat mereka pelayanan yang diberikan seringkali terlambat membantu wanita yang kesulitan melahirkan karena harus melayani pasien yang antri lebih dahulu. Pelayanan hanya diberikan dalam waktu yang terbatas yakni pagi hari dan malam hari pelayanan terhadap wanita yang mengalami gangguan persalinan hampir tidak ada. Seringkali fakta yang demikian menyebabkan kematian ibu atau bayi yang baru lahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar