Cari Blog Ini

Selasa, 22 Juni 2010

BUNUH DIRI (SUICIDE)


Bunuh diri (Suicide) merupakan masalah kesehatan yang termasuk dalam ruang lingkup Epidemiologi Kesehatan Gawat Darurat. Dimana kejadian bunuh diri meliputi kejadian yang emergency (darurat), suddent (mendadak), immediately (segera), urgent (penting), temporary (sementara), severe (parah), specific (khusus), threatened (membahayakan), luas (endemik).
            Bunuh diri adalah tindakan mencabut nyawa diri sendiri dengan menggunakan segala macam cara. Motif Bunuh diri ada banyak macamnya. Biasanya pelaku bunuh diri dilanda  keputusasaan dan depresi karena cobaan hidup dan tekanan lingkungan. Adapula yang Bunuh diri karena kekurangsehatan akal alias tidak waras.
            Dari artikel di atas, kejadian bunuh diri terjadi hampir di seluruh dunia, di antaranya di Chicago dan di indonesia, di mana data resmi di Kepolisian Daerah Metro Jaya menyatakan, selama 2003 tercatat 62 kasus Bunuh diri. Jumlah ini merupakan kelipatan tiga kali lebih banyak daripada angka tahun 2002. Usia pelaku Bunuh diri, tidak main-main, umumnya dilakukan oleh orang dewasa, lansia bahkan ada yang masih belasan tahun (remaja).
Terdapat banyak faktor yang menjadi pemicu seseorang melakukan bunuh diri, salah satunya seperti yang dikemukakan bahwa suasana hati dapat mempengaruhi keinginan bunuh diri, Sebab kalau sedang dalam kondisi sangat buruk, seseorang bisa mengakhiri nyawanya sendiri. Dr. Ghanshyam Pandey beserta timnya dari University of Illinois, Chicago, menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam pikiran manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu keinginan mengakhiri nyawa sendiri. Ditemukan bahwa tingkat aktivitas protein kinase C (PKC) pada otak pelaku bunuh diri lebih rendah dibanding mereka yang meninggal bukan karena bunuh diri. PKC merupakan komponen yang berperan dalam komunikasi sel, terhubung erat dengan gangguan mood seperti depresi di masa lalu. Aktivitas PKC pada otak para remaja tersebut jumlahnya sangat kecil dibanding dengan remaja yang meninggal bukan karena bunuh diri. Dari sini disimpulkan bahwa kondisi abnormal PKC bisa menjelaskan mengapa sebagian remaja memiliki keinginan bunuh diri.
Selain itu  faktor ekonomi juga menjadi pemicu bunuh diri, tak bisa dipungkiri banyak kasus stres bahkan Bunuh diri dipicu oleh masalah keuangan. Loren Coleman, penulis “The Copycat Effect,” yang juga banyak menganalisa kasus Bunuh diri, mengingatkan bahwa kasus Bunuh diri selalu meningkat selama terjadi stres akibat masalah ekonomi dan sosial. Kondisi stres berkepanjangan membuat orang tak lagi berpikir rasional. Mereka akan beralih ke kepercayaan mistis seperti astrologi, angka keberuntungan, arti mimpi, dan sejenisnya. Semua ini mendorong mereka melakukan langkah yang tak logis lagi dan membuat gaya hidup kian terperosok. Walau tak selalu mendorong untuk bunuh diri, namun stres juga mengakibatkan hal-hal berbahaya lain.
Pada suatu riset dikemukakan bahwa bunuh diri ditentukan sejak bayi. Percaya atau tidak, tindakan seseorang untuk melakukan bunuh diri ternyata sudah ditentukan saat sang jabang bayi kali pertama dilahirkan. Hal ini terungkap dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari Swedia pimpinan Dr Danuta Wasserman yang melakukan penelitian atas 700.000 remaja. Dari hasil penelitian Dr Danuta Wasserman itu diketahui bahwa berat badan bayi saat dilahirkan menjadi penentu resiko bunuh diri dikemudian hari. Bayi yang lahir dibawah rata-rata memiliki resiko dua kali lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri dibandingkan dengan bayi yang lahir secara normal. Resiko itu akan semakin tinggi jika ibu yang melahirkan masih berusia remaja.
            Dari uraian di atas, di ketahui bahwa masalah bunuh diri merupakan masalah yang darurat sehingga perlu dilakukan penanggulangan dengan metode pencegahan dan penanganan yang tepat. PKC bisa menjadi target intervensi terapi pada pasien-pasien yang memiliki perilaku kecenderungan untuk bunuh diri. PKC bisa memberi pencerahan dalam memberi pengobatan efektif bagi pasien-pasien yang memang memiliki kebiasaan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Selain itu perlu himbauan kepada masyarakat dalam menangani stess sebaiknya diarahkan pada gaya hidup yang sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar