Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index ( HDI )
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Pada Repelita VI, pemerintah bersama masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada peningkatan jumlah penderita KEP, sehingga target tersebut mungkin tidak akan tercapai, sebaliknya prevalensi KEP justru akan meningkat. Hal ini ditandai dengan ditemukannya penderita KEP yang selama 10 tahun terakhir sudah jarang ditemui.Untuk mengantisipasi masalah di atas, diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk pada sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas perawatan, Puskesmas, Balai Pengobatan, Puskesmas Pembantu, Pos Pelayanan Terpadu, dan Pusat Pemulihan Gizi yang disertai peran aktif masyarakat.
Agar upaya penanggulangan KEP lebih efektif diperlukan peran rumah sakit yang lebih proaktif dalam membina puskesmas. Peran proaktif yang diharapkan adalah menfasilitasi pelayanan rujukan meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sarana. Untuk mencapai pelayanan yang optimal diperlukan adanya buku pedoman sebagai acuan.
B. PEMBAHASAN
Pengentasan masalah kurang gizi pada balita khususnya Kurang Energi Protein (KEP) pada masa mendatang diharapkan menjadi program masyarakat sendiri dengan memberdayakan sumber-sumber daya setempat yang ada. Untuk mencapai kondisi timbulnya kemampuan masyarakat dalam pengentasan masalah KEP pada balita tahun lalu telah dilakukan penelitian potensi masyarakat dalam melaksanakan pengentasan KEP secara swadaya.
Konsep penanggulangan KEP pada balita oleh masyarakat yang meliputi: (1) Penjaringan kasus balita gizi buruk. (2) Pelayanan balita gizi buruk di puskesmas. (3) Pelacakan balita gizi buruk dengan cara investigasi. (4) Pelayanan balita gizi buruk di rumah tangga. (5) Koordinasi Lintas Sektor dalam upaya penanggulangan balita gizi buruk.
PROGRAM PENANGGULANGAN BALITA KEP
1. Penjaringan Kasus Balita KEP
- Tujuan : Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita KEP
- Ruang Lingkup : Wilayah kerja puskesmas
- Uraian umum : Pelacakan adalah menemukan kasus balita KEP melalui pengukuran BB dan melihat tanda-tanda klinis
- Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi Posyandu atau rumah balita yang diduga menderita KEP2. Pelayanan Balita KEP Puskesmas
2) Menyiapkan atau menggantungkan dacin pada tempat yang aman
3) Menanyakan tanggal / kelahiran anak
4) Menimbang balita
5) Mencatat hasil penimbangan
6) Menilai status gizi balita dengan indeks BB/U standart WHO-NCHS
7) Mencatat nama balita menderita KEP
8) Membuat laporan KLB ke DKK
- Tujuan : Memberikan pelayanan balita KEP di puskesmas dengan baik
- Ruang lingkup : Puskesmas
- Uraian umum : Balita KEP adalah anak yang berumur 0-5 tahun yang BB/Unya & ndash; 3 SD standart WHO-NCHS dan mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor )
- Langkah-langkah kegiatan :
1) Identifikasi balita KEP3. Pelacakan Balita KEP Dengan Cara Investigasi
2) Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis
3) Mengatasi hipoglikemi
4) Mengatasi dehidrasi
5) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
6) Mengobati infeksi
7) Pemberian makan
8) Pengamatan tumbuh kejar kembang
9) Tindak lanjut setelah sembuh
10) Pelacakan balita KEP dengan cara investigasi
- Tujuan : Untuk mengetahui faktor –faktor yang berkaitan dengan kejadian balita KEP melalui wawancara dan pengamatan.
- Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas
- Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian KEP melalui wawancara dan pengamatan.
- Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi rumah balita KEP4. Pelayanan Balita KEP Di Rumah Tangga
2) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan
3) Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner
4) Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan )
5) Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor.
6) Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi
7) Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau dirujuk ( ke Puskesmas )
8) Melakukan dokumentasi
- Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita KEP
- Ruang Lingkup : rumah tangga
- Uraian Umum : Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan pada PMT Pemulihan dan KEP adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan BB pada KMS berada di Bawah Garis Merah (BGM )atau BB/ U –3 SD standart WHO-NCHS
- Langkah-langkah kegiatan :
1) Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB5. Koordinasi Lintas Sektoral Dalam Upaya Penanggulangan Balita KEP
2) Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB
3) Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu
4) Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian ) PMT-P
5) Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun
6) Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita
7) Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi kesehatan
8) Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan
9) Memberikan PMT-Pemulihan
- Tujuan : Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan balita KEP
- Ruang Lingkup : Koordinasi Lintas Sektor tingkat Kabupaten dan Kecamatan
- Uraian Umum : Dukungan sektor terkait dalam penanggulangan balita KEP dan Lintas Sektor terdiri dari Pertanian BKKBN, Depag, PKK, Camat
- Langkah-langkah kegiatan :
1) Menyiapkan bahan rapat koordinasiAdapun program penaggulangan KEP lainya meliputi :
2) Membuat surat undangan
3) Mengedarkan surat undangan
4) Menyiapkan sarana dan prasarana
5) Menyampaikan masalah KEP
6) Membuat kesepakatan tindak lanjut / rencana kerja penanggulangan
7) Membuat notulen
8) Melaporkan hasil rapat
9) Umpan balik
1. Intervensi yang dilakukan pada saat skreening kasus, intervensi antara lain penyuluhan individual dan konseling, pengetahuan tentang pola asuh keluarga dan PMT.
2. Intervensi di bidang pertanian, mikronutrien, penyediaan air minum yang aman dan sanitasi yang baik, pendidikan tentang gizi dan makanan, memberikan perhatin khusus kepada kelompok yang rentan serta pengadaan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan dan bila keadaan status gizi anak belum mengalami perbaikan maka diteruskan dengan pemberian makanan tambahan pemeliharaan. Pada kasus - kasus kronis yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) maka kasus di rawat inapkan bahkan bila memerlukan rawatan lanjutan dapat di rujuk ke RSUD, biaya rujukan sementara di dapat dari biaya APBN
4. Memperbaiki pola pertumbuhan anak dan status gizi anak dari tidak normal menjadi normal atau lebih baik. Oleh karena pola pertumbuhan dan status gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan, maka pendekatan ini mengharuskan program gizi dikaitkan dengan kegiatan program lain diluar program pangan secara konvergen seperti dengan program air bersih dan kesehatan lingkungan, imunisasi, penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.program yang bersifat terintegrasi seperti itu, program gizi akan rasional untuk menjadi bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
5. Peningkatan pendapatan, pendidikan gizi, suplementasi makanan hingga subsidi bahan pangan, serta tindakan lain yang berefek pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.
6. KEP yang umumnya terjadi di daerah dengan kondisi miskin, fokus harus diarahan pada kondisi spesifik yang ada. Pengobatan infeksi cacing 3 kali setahun misalnya akan sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan diare yang saling terkait dan seperti membentuk lingkaran setan dengan KEP juga memerlukan perhatian khusus.
7. Penyuluhan mengenai pentingnya ASI, peningkatan kondisi air bersih dan kebersihan lingkungan, monitoring pertumbuhan anak melalui sarana pelayanan kesehatan telah terbukti sangat efektif. Oleh karena itu hal yang sangat mungkin namun sulit diwujudkan adalah mengaktifkan kembali posyandu-posyandu terutama yang sudah tidak berjalan pada tingkat dusun.
8. Meningkatkan variasi jenis makanan terutama yang berasal dari kebun dan ternak sendiri juga sangat efektif. Penyuluhan gizi sebaiknya diberikan pada tingkat rumah tangga untuk meningkatkan produksi sayur-sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan berwarna kuning dan orange, unggas, telur, ikan dan susu. Program penyuluhan gizi mengenai keberadaan produk pangan yang kaya protein dan mikronutrien di daerah setempat akan sangat efektif dan bekesinambungan.
Makasih mbak informasinya
BalasHapushealthcare-informasi
mbak sumber dari mana aja? dapus nya??
BalasHapus