Cari Blog Ini

Selasa, 22 Juni 2010

PERMASALAHAN TERKAIT BIDAN DESA


Bidan desa adalah tenaga kesehatan yang berperan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan dan penyuluhan tentang berbagai masalah kesehatan dan gizi di tingkat pedesaan. Bidan desa merupakan ujung tombak dalam menangani masalah kematian ibu dan anak yang masih tinggi
Bagi kalangan masyarakat perkotaan, mendapatkan pelayanan kesehatan atau berkonsultasi dengan pihak medis bisa dikatakan bukan sesuatu yang sulit. Namun bagi mereka yang tinggal di daerah-daerah yang sulit dijangkau tentunya sangat susah mengingat berbagai keterbatasan yang ada. Misalnya saja keterbatasan tenaga medis. Walaupun telah ada Polindes namun belum tentu dapat menjangkau atau melayani masyarakat secara menyeluruh dan memuaskan sebagaimana layaknya sebuah rumah sakit.
Khususnya bagi mayarakat yang tinggal di pedesaan, pelayanan kesehatan anak-anak, balita, ibu hamil, ibu menyusui maupun ibu-ibu yang baru melahirkan, keberadaan tenaga medis seperti bidan sangatlah dibutuhkan. Dengan kehadiran bidan desa dapat lebih mengarahkan kaum ibu dalam merawat balita serta masalah kesehatan dalam keluarganya. Namun hingga kini, tenaga-tenaga medis seperti bidan desa masih sangat minim diberbagai daerah.
Masalah-masalah yang di hadapi bidan desa
Ø  Bidan Tidak Puas
Alasan utama bagi bidan meninggalkan pekerjaannya di desa terpencil karena ketidakpuasan mereka terhadap perkembangan karir. Rendahnya minat bidan untuk bekerja di wilayah terpencil ditunjukkan dengan banyaknya desa terpencil yang tidak memiliki bidan. Jumlah bidan di desa telah mencapai 62.812 orang pada tahun 2000 tetapi jumlah ini berkurang pada tahun 2003 menjadi 39.906 orang atau mengalami penurunan 36%. Dari prosentase tersebut dapat dilihat bahwa 22.906 desa di Indonesia sudah ditinggalkan bidan. Ini terjadi sejak dilaksanakan program penempatan bidan di desa pada tahun 1989 yang dilanjutkan dengan program pengangkatan bidan sebagai pegawai tidak tetap melalui Kepres nomor 23 tahun 1994 dan Kepres nomor 77 tahun 2000.
Ø  Tanggung Jawab Yang Berat dan Jauh dari Tempat Konsultasi.
Bidan juga dituntut mampu berperan sebagai tokoh atau pemuka masyarakat selain peran utamanya dalam melaksanakan upaya-upaya kesehatan di desa yang menjadi wilayah kerjanya,. Tanggung jawab ini dirasakan sangat berat karena keterbatasan kemampuan serta tempat konsultasi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di desa terlalu jauh.
Ø  Fasilitas Pemondokan Dan Tempat Praktik Tidak Layak
Bangunan rumah pemondokan bidan desa masih kurang layak huni karena keterbatasan dana pembangunan. Dindingnya hanya terbuat dari papan dan masih dapat diintip. Lokasinya terkadang jauh dari masyarakat bahkan ada yang terletak di tepi kuburan dan di pinggir sungai. Hal ini diperparah dengan kondisi sanitasi yang buruk.
Ø  Keterbatasan Fasilitas Transportasi dan Komunikasi
Fasilitas transportasi di desa khususnya desa terpencil masih menjadi penyebab terkendalanya pelaksanaan program-program kesehatan yang dilaksanankan oleh bidan. Pada musim hujan jalan menjadi sulit untuk dilalui. Padahal mereka tidak dapat menunda waktu pasien untuk dirujuk ketika ada kasus darurat. Keterbatasan ini juga menjadi halangan mobilitas bagi suami mereka yang bekerja di kota. Sehingga kebanyakan bidan di desa terpencil berusaha pindah ke puskesmas atau desa biasa untuk mendekati tempat tugas suami.Kebanyakan dari desa terpencil tidak memiliki sarana informasi yang memadai seperti telepon dan radio komunikasi. Bidan sangat memerlukan akses informasi yang baik untuk mendukung pelaksanaan tugasnya di desa terpencil. Informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo dan puskesmas sering mengalami keterlambatan bahkan tidak sampai. Akibatnya, pengiriman surat-surat penting harus melalui kurir yang tentu saja memerlukan tambahan biaya. Keluhan lain yang sering muncul adalah fasilitas pendidikan anak yang sangat terbatas, jauh dari pasar dan tempat hiburan. Demikian juga lapangan pekerjaan yang terbatas, menjadikan mereka enggan untuk terus menetap di desa terpencil.
Ø  Penghasilan dan Kompensasi Tidak Sesuai Dengan Tanggung Jawab
Tunjangan penghasilan bagi bidan di daerah terpencil sebesar Rp.200.000,- per bulan, dirasakan tidak sebanding dengan kesulitan yang mereka alami. Padahal harga kebutuhan bahan-bahan pokok harian lebih mahal bahkan dapat mencapai 3 kali lipat bila dibandingkan dengan harga pasar di kota. Ditambah lagi dengan sulitnya transportasi yang membutuhkan biaya lebih mahal.
Ø  Kepastian Karir
Beberapa alternatif pilihan karir setelah menyelesaikan masa baktinya sebagai bidan PTT di desa selama 3 tahun adalah sebagai berikut: (1) memperpanjang masa bakti atau mengusulkan diangkat kembali sebagai PTT, (2) mengembangkan praktik mandiri di desa, (3) bekerja di unit pelayanan kesehatan swasta, (4) melanjutkan pendidikan atau menjadi CPNS. Tetapi bagi bidan di desa terpencil pengembangan karir tersebut masih sulit. Ini disebabkan rendahnya kemampuan masyarakat dalam membayar jasa pelayanan bidan. Faktor lain yang menghambat mereka untuk mengembangkan karir adalah keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas. Hal tersebut diperparah oleh tidak tersedianya jaminan perlindungan profesi bila terjadi kasus fatal terhadap pelayanan yang mereka berikan. Sedangkan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang D-3 Kebidanan, mereka sudah banyak ketinggalan informasi dan belum lagi mereka harus membayar biaya pendidikan yang mahal secara mandiri. Sedangkan mengenai kesempatan untuk menjadi CPNS, mereka merasa tidak memiliki prioritas serta persaingan yang ada terlalu berat.
Ø  Dinas Perlu Pengelola Khusus untuk Mengelola Bidan di Desa
Apabila pengelolaan sumber daya bidan tidak dilakukan dengan serius oleh Dinas Kesehatan, niscaya akan berdampak pada turunnya minat dan kebetahan bidan untuk bertugas di desa terpencil. Berbagai hal yang harus diperhatikan oleh Dinas Kesehatan mencakup perbaikan kompensasi, kepastian pengembangan karir di pegawai negeri, penghargaan terhadap prestasi kerja di lapangan, penyelenggaraan pelatihan-pelatihan praktis dan knowledge update, serta rehabilitasi perumahan bidan di desa terpencil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar